1. Pasal Pertama Sedekah Jariah

1.1. Sedekah Jariah

Sedekah Jariah

“Jika Anak adam meninggal amalnya terputus kecuali dari tiga hal: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” H.R Muslim.

Yang menganalisa hadis mulia ini dengan mendalam akan memperhatikan bahwa hal pertama yang terlintas adalah bahwa ada tiga amal yang berguna bagi manusia setelah wafatnya, ia (ketiganya) hanyalah merupakan buah yang dipetik seorang muslim dari pendidikannya terhadap anak-anaknya, acapkali ini tidak terpenuhi dalam amal lainnya seperti yang ada dalam pendidikan terhadap anak-anak. Karena anakmu yang kamu ajarkan islam kepadanya mengetahui bahwa berbakti kepada kedua orang tuanya termasuk taat kepada Allah, ia merupakan hal pertama yang ia pelajari dan ia tumbuh dewasa berdasarkan hal itu, dan diantara berbakti kepada kedua orang tuanya itu adalah ia mendoakan keduanya setelah wafatnya. Ini yang pertama.

Kemudian pengajaranmu terhadapnya untuk salat, puasa, berakhlak mulia, dan amal-amal salih lainnya ia merupakan ilmu yang bermanfaat. Ini adalah yang kedua.

Yang indah sekali dalam amal adalah yang ketiga yaitu sedekah jariah karena kamu mengajarkannya salat lalu kamu diberi pahala karena salatnya, sebagaimana ia diberi pahala, saat ia menikah ia pun mengajarkan kepada anak-anaknya (cucumu) apa yang kamu ajarkan kepadanya lalu mereka semua salat, maka  kamu diberi pahala seperti mereka diberi pahala, seperti inilah dalam amal-amal salih lainnya.

Ini adalah pembenaran terhadap sabda kekasih yang terpilih saw. dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dalam sahihnya: “Siapa yang menyeru kepada petunjuk maka baginya ada pahala seperti pahala-pahala yang mengikutinya itu ta tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan siapa yang menyeru kepada kesesatan maka baginya ada dosa seperti dosa-dosa yang mengikutinya itu tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.”

Maka siapa yang belajar dari ayahnya merokok misalkan, atau menonton yang telanjang di televisi atau vidio maka baginya ada dosa dan kejelekan seperti si anak ini, apakah kamu lihat bagaimana muslim menjadi seorang pedagang yang cerdik ia mengetahui bagaimana membelanjakan satu rupiah dan mengambil darinya beberapa rupiah?!!

Dalam hadis: “Sesungguhnya Allah meminta pertanggungjawaban dari setiap pemimpin atas apa yang ia pimpin, apakah ia jaga atau sia-siakan? Sampai-sampai seorang laki-laki akan ditanya mengenai keluarganya.”

Imam Ibn Qayim mempertegas tanggung jawab ini dengan ucapannya: 

“Sesungguhnya Allah swt. Akan meminta pertanggungjawaban orang tua mengenai anaknya pada hari kiamat sebelum si anak ditanya mengenai orang tuanya, karena sebagaimana bagi ayah ada hak yang wajib bagi anaknya maka bagi anak pun ada hak yang wajib bagi ayahnya, maka barang siapa melalaikan untuk mengajarkan kepada anaknya apa yang bermanfaat untuknya dan membiarkannya menyimpang, maka sungguh-sungguh ia telah jahat dan banyak sekali anak-anak itu kejelekannya muncul dari orang tuanya, dan pengabaian mereka terhadap anak-anaknya serta tidak mengajarkan mereka berbagai kefarduan dan sunah dalam agama, mereka menyia-nyiakannya pada saat anak-anak maka tidak akan berguna untuk dirinya sendiri dan tidak berguna untuk orang tuanya pada saat dewasa, kamu menyia-nyiakanku pada saat anak-anak maka aku pun akan menyia-nyiakanmu pada saat kamu tua.” Apakah anda pernah melihat – saudaraku pendidik – seorang anak mencaci ayahnya, yang lain gembira karena ayahnya yang sedang tiada, dan yang satu lagi  ia mengharapkan sekiranya ayahnya itu mati maka ia akan senang dan dapat warisan? Apakah anda mendapati yang melawan ayahnya dan mencuri darinya? Apakah anda lihat yang menentang ibunya dan mengejeknya dihadapan teman-temannya dan yang menertawakannya? Apakah kamu lihat yang sudah berusia lanjut dan melampaui empat atau lima puluh tahun tapi dia belum pernah salat satu rakaat pun dan tidak pernah masuk rumah allah sehari pun kecuali untuk buang air atau untuk minum?!

Sesungguhnya contoh-contoh ini dan yang lainnya yang sangat banyak ada pada anak-anak yang tidak mendapatkan orang yang mendidiknya dan menunjukannya kepada hal yang benar dan salah. Apakah anda – wahai para pendidik – ingin putra-putri anda seperti mereka itu?!