Pengajian Tafsir Qurthubi pada setiap malam Senin di masjid Nurul Iman Kp. Cukanglemah 02/10 Desa Tenjolaya kecamatan cicalengka kabupaten Bandung.

Atas nama alllah yang maha pengasih yang maha penyayang

Surat Ali Imran

Firmannya: “alif laam miim. Tiada tuah selain Dia yang maha hidup yang maha berdiri sendiri.”

Mengenainya ada lima permasalah:

Firmannya: “alif laam miim. Tiada tuah selain Dia yang maha hidup yang maha berdiri sendiri.” Surat ini berdasarkan ijmak adalah madaniyah. An Naqasy menghikayatkan bahwa dalam taurat namanya Thayibah.

Al hasan,  Amr bn Abi Uabaid, Ashim bin Abi Najud, dan Ja’far Ar Ruasiy membaca: الم الله dengan mengqatha’kan alif washal, dengan memperkirakan waqaf pada الم sebagaimana mereka memperkirakan pada nama-nama bilangan (amaul a’dad) seperti kata واحد, اثنان, ثلاثة، أربعة, mereka mewasalkannya.

Al Akhfasy  sa’id mengatakan: الم الله boleh dengan huruf mim yang dikasrahkan karena bertemunya dua sukun. Az zujaj  mengatakan: “Ini keliru, dan itu tidak diucapkan oleh orang arab karena berat.”

An Nahas mengatakan: “Bacaan yang pertama adalah bacaan yang umum, dan iatu telah dibahas oleh pakar nahwu terdahulu. Mazhab Syibawaih mim difathahkan karena bertemu dua huruf yang berharakat sukun, dan mereka memilih fathah untuknya agar tidak terkumpul antara kasrah, ya dan kasrah sebelumnya.

Al kisa’i mengatakan: “Huruf hija jika bertemu alif wasal, maka alif wasal di buang, serta kamu beri harakat ia (huruf tahaji) dengan harakat alif, lalu kamu ucapkan: المَ الله, المُ اذْكر, المِ اقتربت.

Al fara mengatakan: “Asal الم الله seperti dibaca ar Ruasiy, lalu harakan hamzah diberikan kepada mim.”

Umar bin Khatab membaca الحيّ القيَّام. Kharijah mengatakan: “Dalam mushaf Abdulah "الحي القيِّمُ".

Pendapat ulama mengenai huruf-huruf di awal-awal surat telah dikemukakan dalam permulaan surat Al Baqarah. Dan dari segi ia ada alam surat ini الله لا إله إلا هو الحي القيوم sebagai kalimat yang berdiri sendiri maka kamu gambarkan semua pendapat-pendapat itu.


An Nasai meriwayatkan bahwa Umar bin Khatab r.a. pernah salat Isya, lalu ia membuka surat Ali Imran, lalu ia membaca: الم الله لا إله إلا هو الحي القيوم ia membacanya pada rakaat pertama seratus ayat dan pada rakaat kedua seratus ayat sesisanya.

Ulama kita mengataka: “Satu surat tidak dibaca dalam dua rakaat, tapi bila ia melakukannya maka itu mencukupi baginya.” Malik dalam al Majmu’ah mengatakan: “Tak mengapa, dan ia tidak cacat.”

Saya katakan: “Ya sahih adalah hal itu boleh. Nabi saw. telah pernah membaca surat Al a’raf pada salat magrib, ia membaginya dalam dua rakaat.” Dikeluarkan An Nasai juga, dan disahihkan Abu Muhamad Abdulhaq. Itu akan tiba.

Mengenai keutamaan surat ini ada banyak asar dan akhbar, diantara hal itu yang ada dari hadis bah ia adala keamanan dari ular, simpanan mereka yang papa, dan bahwa ia menjadi hujah bagi pembacanya pada hari kiamat, dan bagi yang membaca penghujungnya pada satu malam ditulis seperti bangun malam, dan lain sebagainya:

Ad darami Abu Muhamad dalam musnadnya menuturkan: “Telah membacakan hadis pada kita Abu Ubaid Alqasim bin Sallam, ia mengatakan: “Telah membacakan hadis padaku Ubaidillah Al Asyja’iy ia mengatakan: “telah membacakan hadis kepadaku Mis’ar, ia mengatakan: “Telah membacakan hadis kepadaku Jabir sebelum terjadi padanya apa yang telah terjadi, dari Asya’biy, ia mengatakan: “abdulah mengatakan: “Simpanan orang miskin yang paling baik adalah surat Ali Imran yang ia laksanakan pada penghujung malam.”

Telah membacakan hadis kepada kita Muhamad bin Sa’id, telah membacakan hadis kepada kita Abdussalam, dari Al Jurairi dari Abu Assalil, ia mengatakan: “Seseorang berdarah, ia berkata: berlindunlah di lembah Majanah: lembah yang disana teka seorangpun berjalan melainkan tersengat ular, dan di pinggir lembah itu ada dua pendeta, lalu pada keesokan harinya salah seorang darinya berkata: “Demi Allah celaka orang itu!.” Lalu ia membuka surat Ali Imran, keduanya berkata: “Lalu ia membaca surat Ath Thayibah agar ia semoga ia selamat, lalu ia berkata: “Ia menjadi yang selamat.

 Makhul menyandarkan seraya berkata: “Siapa yang membaca surat Ali Imran pada hari jum’at maka ia dimohonkan ampun oleh para malaikat sampai dengan malam.”

Dan ia menyandarkan dari Usman bin Afan, ia mengatakan: “Siapa yang membaca penghujung surat Ali Imran pada satu malam maka baginya dituliskan bangun malam.” Dalam jalurnya ada Ibn Lahi’ah.

Muslim mengeluarkan dari An Nuwas bin Sam’an al Kilabiy, ia berkata: “Saya pernah mendengar nabi saw. bersabda: “Pada hari kiamat Alquran dan ahlinya yang mengamalkannya di datangkan, ia disambut surat Al Baqarah dan Ali Imran. – dan untuk keduanya rasulullah saw. membuat tiga permisalan yang tidak akan saya lupakan selamanya, beliau bersabda: “Keduanya seolah dua awan tebal, atau gelap gulita yang diantara ada kilatan, atau keduanya laksana sekumpulan berung yang berbulu yang melindungi dari pemiliki keduanya.”

Ia jua mengeluarkan dari Abu Umamah Albahiliy, ia berkata: “Kumendengar rasulullah saw. bersabda: “Bacalah alquran karena pada hari kiamat datang memberi syafaat kepada sahabatnya, bacalah zahrawain yaitu Albaqarah dan Surat Ali Imran karena keduanya pada hari kiamat datang laksana dua awan tebal, dua naungan, atau dua kelompok buru bersayap yang melindungi dari sahabat-sahabat keduanya, bacalah surat Albaqarah, karena mengambilnya keberkahan, meninggalkannya adalah kerugian, dan tidak akan mempan oleh bathalah.” Muawiyah berkata: “Telah sampai padaku bahwa bathalah adalah sihir.”


Dalam menami surat Albaqarah dan Ali Imran dengan Zahrawain ada tiga pendapat:

Keduanya  bercahaya, diambil dari kata zahrun dan zuhrah, adakalanya karena keduanya menunjukan pembaca dengan berbagai cahaya (makna-makna) keduanya yang bercahaya kepadanya.

Dan ada akalanya karena cahaya yang sempurna pada hari kiamat yang muncul karena membaca keduanya, ini pendapat kedua.

Keduanya dinama dengan itu; karena keduanya berserikat dalam memuat nama allah yang paling agung, seperti yang dituturkan oleh abu daud dan yang lainnya dari Asama bin Yazid bahwa rasulullah saw. bersabda: “Bahwa ismullah ala’dzam ada dalam dua ayat ini: وإلهكم إله وحد لا إله إلا هو الرحمن الرحيم [Q.S Albaqarah: 163], dan yang ada dalam Ali Imran: الله لا إله إلا هو الحي القيوم. Juga dikeluarkan oleh Ibn Majah.

Ghumam adalah awan tebal, ghayayah jika ia dekat dari kepala, zhullah juga. Maknanya: “Bahwa pembaca keduanya ada dalam naungan pahala keduanya, seperti yang ada dalam hadis: “Seseorang ada dalam naungan (pahala) sedekahnya.”

Ungkapan beliau tuhaajjani; yaitu: allah menciptakan yang menjadi pembelanya sebaba pahala keduanya yaitu malaikat, seperti yang ada dalam sebagian hadis bahwa “Siapa yang membaca شهد الله أنه لا إله إلا هو [Q.S Ali Imran: 18], allah menciptakan tujuh puluh malaikat yang memohonkan ampun untuknya hingga hari kiamat.”

Diantara keduanya ada kilat (شرق) dibatasi dengan sukun ra dan fathahny, itu peringatan mengenai sumber cahaya; karena saat beliau bersabda: “Keduanya hitam” terkadang seliru bahwa keduanya menggelapkan, maka itu dinegasikan dengan sabda beliau: “Diantara keduanya ada kilat”. Dan ia memaksudkan dengan keduanya gelap, “Karena keduanya tebal yang sebab keduanya menghalangi antara orang yang ada dibawahnya dan antara panas matahari dan gejolak yang kuat. Allah yang lebih tahu.

 Permulaan surat ini turun sebab utusan Najran dalam hadis yang disebutkan Muhamad bin Ishaq, dari Muhamad bin Ja’far bin Zubair, mereka adalah Orang-orang Nasrani Najran delegasi kepada Rasulullah saw. di Madinah dalam enam puluh orang berkendaraan, diantara mereka adalah pembesar mereka empat belas orang, dalam empat belas orang itu ada tiga kelompok; yang pada merekalah urusan mereka dikembalikan: Al’aqib: pemimpin kaum dan yang memiliki pendapat dari mereka, namanya Abdul Masih, sayid: adalah pembantu mereka dan pemilik perkumpulan mereka, namanya Alaiham, sedangkan Abu Harisah bin Alqamah: Ahad Bakr bin Wail adalah uskup dan cendikiawan mereka, lalu mereka masuk pada rasalullah saw. sebelum salat asar, mereka berpakaian mantel berjubah dan berpakaian urdu. Para sahabat nabi saw. berkata: “Kami tidak pernah melihat delegasi semacam mereka baik mewah dan gagahnya.” Salat mereka tiba, lalu rasul berdiri kemudian salat di Masjid nabi saw. menghadap ke timur, lalu nabi saw. bersabda: “Panggilah mereka.” Kemudian mereka tinggal di sana beberapa hari berdialog bersama rasulullah saw. mengenai Isa, mereka menduga bahwa ia dalah putra allah, dan berbagai pendapan keji serta meragukan lainnya, rasulullah saw. membantah mereka dengan berbagai argumen yang cemerlang yang tidak mereka ketahui, dan mengenai mereka turunlah permulaan surat ini hingga sampai delapan puluh ayat lebih; sampai urusan mereka kembalai kepada mereka diajak rasulullah saw. untuk ibtihal,  sebagaimana yang disebutkan dalam sirah Ibn Ishak dan yang lainnya.

Firmannya: “Dia telah menurunkan Alkitab kepadamu (Muhamad) desarti kebenaran dan membenarkan yang  sebelumnya, menurunkan taurat dan injil, sebelumnya sebagai pedoman untuk manusia, dan menurunkan Alfurqan, sesungguhnya mereka yang kafir terhadap ayat-ayat Allah itu ada azab yang keras bagi mereka, dan Allah maha perkasa serta memiliki siksa. [Q.S Ali Imran: 3-4].

firmanNya: نزّل عليك الكتاب yaitu alquran dengan benar, katanya dengan argumen yang mengalahkan, alquran diturunkan bertahap: sedikit demi sedikit, karena itulah Dia berfirman: نزّل dan tanzil adalaha sedikit demi sedikit. Sedangkan Taurat dan inzil keduanya turun sekaligus; karenai Itulah dia berfirman أنزل.

Lafaz ba dalam firmanNya: "بالحق" berkedudukan sebagai hal dari lafaz الكتاب, lafaz ba berkaitan dengan yang dibuang, perkiraannya: آتيا بالحق. Dan ia tidak berkaitan dengan kata نزّل; karena ia telah menjadi dwitransitif salah satunya dengan huruf jar, ia tidak transitif kepada yang ketiga.

Lafaz مصدّقا adalah hal yang menguatkan yang tidak berpindah, karena ia tidak mungkin menjadi tidak membenarkan, yaitu tidak selaras; ini adalah pendapat mayoritas. Mengenainya diperkirakan berpindah oleh sebagian, berdasarkan makna bahwa ia membenarkan pada dirinya sendiri dan membenarkan pada yang lainnya.

firmanNYa: لما بين يديه maksudnya dari kitab-kitab yang telah diturunkan. Taurat maknanya adalah sumber cahaya dan cahaya; ia diambil dari kata ورى الزند ووري, ia dua dialek: bila apinya keluar. Asalnya adalah taurayah berdasarkan wazan taf’alah, huruf ta penambah, huruf ya berharakat sedangkan sebelumnya fathah maka ia dirubah kepada alif. Dan boleh ia berwazan taf’ilah, lalu ra beralih dari kasrah ke fathah, seperti yang mereka katakan dalam kata جارية: جاراة dan dalam kata ناصية menjadi ناصاة, keduanya dari Alfarra.

Alkhalil mengatakan: “Asalnya adalah فوعلة, maka asalnya: وَوْرَيَة, huruf wau yang pertama dirubah kepada ta, seperti ia dirubah dalam kata تولج, asalnya وولج; wazan فوعل dari kata ولجت, huruf ya dirubah kepada alif karena ia berharakat sedang sebelumnya berharakat fathah. Bentuk wazan فوعلة lebih banyak daripada تفعلة.

Katanya kata Taurah diambil dari kata Tauriyah, yaitu sindiran dengan sesuatu dan menyembunyikan pada yang lainnya; seolah-olah bahwa mayoritas isi taurat adalah sindirin dan isyarat tanpa penerangan dan penjelasan, ini adalah pendapat Almuarrij. Mayoritas kepada pendapat yang pertama berdasarkan firman-Nya: “dan kami telah memberikan pembeda (furqan), sumber cahaya, dan peringatan bagi mereka yang bertakwa kepada Musa dan Harun,” [Q.S Alanbiya: 48]. Ia memaksudkan Taurat.

Kata injil berwajan إفعيل dari kata النجل (yaitu asal), dipluralkan kepada kata أناجيل, sedangkan kata taurat dipluralkan kepada توار; asalnya injil untuk berbagai ilmu dan hikmah. Dan dikatakan: لعن الله ناجليه, maksudnya والديه, karena keduanya merupakan asalnya. Katanya ia dari kata نجلتُ الشيء: jika kamu mengeluarkannya; maka injil adalah sebab keluarnya berbagai ilmu dan hikmah, dan karenanyalah anak dan keturunan disebut sebagai نجل karena ia keluar; sebagaimana dikatakan: 

إلى معشر لم يورث اللؤم جدّهم أصاغرهم وكل فحل لهم نجل

“Teruntuk saudara yang nenek moyangnya tidak mewariskan cercaan dan setiap pujangga kenamaan punya keturunan.”

Kata النجل adalah air yang keluar dari yang bocor (rembesan). استنجلت الأرض وبها نجال jika darinya keluar air, injil dinamai dengannya; karena allah swt. Mengeluarkan pelajaran dari kebenaran yang mencukupi darinya. Katanya ia dari kata النَّجَل فى العين dengan diberi harakat pada huruf jim, ia merupakan kelapangannya, luka tusukan yang luas [طعنة نجلاء], dikatakan:

ربما ضربة بسيف صقيل ۞ بين بصرى وطعنة نجلاء

“acapkali tebasan pedang mengkilat adalah antara kilatan dan luka yang lebar.”

Injil dinamai dengan itu; karena ia dalah asal yang dikeluarkan untuk mereka dan dilapangkan cahaya dan sumber cahayanya bagi mereka.

Katanya ia dari kata tanajul yaitu tanaju’; itu dinamakan injil karena diperselisihkan orang-orang. Syamir menghikayatkan dari sebagian mereka: “Injil adalah setiap tulisan yang ditulis memenuhi lembaran. Katanya نجل adalah عمل وصنع; dikatakan:

وأنجل فى ذاك الصنيع كما نجل

“Mengenai itu di lakukan dan dibuat oleh sang pencipta sebagaiman ia dibuat.”

Katanya taurat dan injil dari bahasa suryani. Katanya kata Injil dengan bahasa suryani Anglo; dihikayatkan Atsa’labi.

Aljauhari mengatakan: “Injil adalah kitab Nabi Isa a.s. bisa muzakar bisa muanas, yang memuanaskan ia memaksud lembaran, dan yang memuzakarkan ia memaksud kitab.”

Yang lainnya mengatakan: “Terkadang Alquran disebut injil juga, seperti yang diriwayatkan dalam kisah curhat Musa a.s. bahwa ia berdoa: “Ya tuhanku, aku melihat dalam bilah-bilah itu kaum-kaum yang injilnya dalam hati mereka, jadikanlah mereka umatku,” allah swt. Berfirman kepadanya: “Itu adalah umat Muhamad saw.” dengan kata anajil ia memaksudkan Alquran.

Alhasan membacanya والأَنجيل dengan memfathahkan huruf hamzah, sedangkan yang lainnya dengan kasrah, seperti kata الإكليل ada dua dialek. Dimungkinkan jika ia terdengar dari kata yang diarabkan oleh orang arab dari nama-nama non-arab, dan dalam ungkapannya tidak ada misalnya.

firmanNya: من قبلُ maksudnya sebelum alquran "هدى للناس" Ibn Furak mengatakan: “Perkiraannya هدى للناس المتقين.” Dalilnya dalam Albaqarah: "هدى للمتقين" keumuman ini dikembalikan kepada kekhususan itu. Kata هدى berada dalam posisi nasab karena sebagai hal. Sedangkan kata الفرقان adalah Alquran. Itu telah dikemukakan.

Firmannya: إن الله لا يخفى عليه شئ فى الأرض ولا فى السماء [Q.S Ali Imran: 5].

Ini adalah berita mengenai tahunya Allah swt. Kepada berbagai hal secara rinci, semisalnya dalam alquran sangat banyak. Maka Dia tahu pada hal yang telah, akan dan belum ada, maka bagaimana mungkin Isa adalah tuhan atau anak tuhan sedankan banyak hal yang tersembunyi darinya?!

firmanNya: هو الذى يصوركم فى الأرحام كيف يشاء لا إله إلا هو العزيز الحكيم 

“Dialah yang membentukmu dalam rahim sebagaimana Ia kehendaki, tiada tuhan selain dia yang maha perkasa lagi maha bijaksana.”

[Q.S Ali Imran: 6]

Mengenainya ada dua masalah:

firmanNya: “Dialah yang membentukmu”. Dia yang maha tinggi mengabarkan tentang pembentukannya kepada manusia dalam rahim para ibu.

Asal kata rahim dari kata rahmah; karena ia adalah yang sebabnya disayangi. Pengambilan kata صورة dari kata صاره إلى كذا: jika ia mencenderungkannya, maka shurah adalah kecenderungan kepada kemiripan dan bentuk.

Ayat ini adalah pengagungan kepada Allah swt., dan dalam kandungannya ada bantahan kepada Nasrani Najran, dan bahwa Isa termasuk mereka yang dibentuk, dan itu termasuk yang tak dapat diinkari oleh yang berakal.

Dia swt. Menunjukan penjelasan pembentukan dalam surat Alhaj dan Almukminun.

Begitu juga ia dijelaskan oleh nabi saw. dalam hadis Ibn Mas’ud, berdasarkan penjelasan yang insya Allah akan ada di sana.

Di dalamnya juga ada bantahan kepada kaum naturalis (filsuf Alam), karena mereka menjadikannya (pelaku) pelaku yang bebas. Dan bantahan kepada mereka telah dikemukakan dalam ayat tauhid.

Dan dalam musnad Ibn Sinjar – namanya adalah Muhamad bin Sinjar – ada hadis: “Sesungguhnya Allah swt. Menciptakan tulah janin dan tulang-tulang rawan dari sperma laki-laki, sedangkan lemak dan dagingnya dari sperma wanita.”

Dalam hadis ini ada dalil yang sangat menunjukan kepada bahwa anak tercipta dari sperma laki-laki dan perempuan, dan ini penjelasan firmanNya: “Hai manusia sesungguhnya kami telah menciptakanmu dari laki-laki dan perempuan.” [Q.S Alhujurat” 13].

Dalam sahih Muslim dari hadis Tsauban dan di dalamnya ada: “Bahwa Yahudi berkata kepada nabi: “Aku datang kepadamu hendak menanyakan sesuatu yang tidak diketahui penduduk bumi kecuali ia nabi, atau seseorang, atau dua orang.” Beliau: “Apakah berguna bagimu bila kuceritakan kepadamu?” ia: “Aku dengar dengan telingaku.” Ia berkata: “Aku datang kepadamu menanyakan tentang anak;” nabi saw. menjawab: “Sperma laki-laki putih, sedangkan sperma wanita kuning, jika keduanya berkumpul lalu sperma laki-laki mengungguli sperma perempuan dengan izin allah swt. Ia menjadi laki-laki, dan bila sperma perempuan mengungguli sperma laki-laki maka dengan izin allah ia menjadi perempuan.” Hadis. Penjelasannya insya Allah akan tiba pada akhir surat Asysyura.


firmanNYa: "كيف يشاء" maksudnya cakep dan buruk, hitam dan putih, tinggi dan pendek, selamat dan cacat, dan lain sebagainnya dari kecelakaan dan kebahagiaan.

Disebutkan dari Ibrahim bin Adham bahwa para qari berkumpul padanya untuk mendengar hadis-hadis yang ada padanya, lalu ia berkata kepada mereka: “Akau sibuk dari kamu semua sebab empat hal, maka aku tidak punya luang untuk meriwayatkan hadis,” lalu ditanyakan kepadanya: “Apa kesibukan itu?” ia menjawab:

Aku memikirkan tentang hari perjanjian (yaumil mitsaq) dimana beliau bersabda: “Mereka di surga aku tidak peduli, dan mereka di neraka aku tidak peduli.” Aku tidak tahu termasuk kelompok yang mana aku pada waktu itu.

Dimana aku dibentuk dalam rahim, lalu malaikat yang ditugaskan jadi wakil pada rahim berkata: “Wahai tuhan, celaka atau bahagia dia?” aku tidak tahu apa jawaban malaikat pada waktu itu.

Saat malaikat maut menggemgam ruhku lalu ia berkata: “Wahai tuhanku, apakai beserta yang kafir atau yang iman?” aku tidak tahu bagiamana jawaban yang akan keluar.

Dimana Dia berfirman: “Dan pada hari ini mereka dipisahkan hai para pendurhaka.” [Q.S Yasin: 59] maka aku tidak tahu aku ada pada kelempok yang mana?

Kemudian Dia swt. Berfirman: “Tiada tuha selain dia” yaitu tidak ada pencipta dan pembentuk kecual dia, itu dalil kepada keesaannya, bagaimana Isa menjadi Tuhan yang membentuk sedangkan ia dibentuk?!

“Yang maha perkasa” yang tak terkalahkan. “Yang maha bijak” yang memiliki hikmah atau yang menghukumi, ini lebih khusus dari pembentukan yang disebutkan.

Firmannya:

هو الذى أنزل عليك الكتاب منه ءايات محكمات هن أم الكتاب وأخر متشابهات فأما الذين فى قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه ابغاء الفتنة وابتغاء تأويله وما يعلم تأويله إلا الله والرسخون فى العلم يقولون ءامنا به كل من عند ربنا وما يذكر إلا أولوا الألباب [ٍآل عمران: 7].

“Dialah yang telah menurunkan Alquran kepadamu. Di antara hikmah-Nya, sebagian ayat Alquran muhkamat: jelas arti dan maksudnya, dan yang lain mutasyabihat: sulit ditangkap maknanya oleh kebanyakan orang, samar bagi orang-orang yang belum mendalam ilmunya. Ayat-ayat mutasyabihat itu diturunkan untuk memotivasi para ulama agar giat melakukan studi, menalar, berpikir, teliti dalam berijtihad dan menangkap pesan-pesan agama. Orang-orang yang hatinya condong kepada kesesatan, mengikuti ayat-ayat mutasyabihat untuk menebar fitnah dan untuk menakwilkan sesuka hati mereka. Takwil yang benar dari ayat-ayat tersebut tak dapat diketahui kecuali oleh Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya. Mereka berkata, “Kami meyakini itu datangnya dari allah. Kami tidak membedakan keyakinan kepada alquran antara yang muhkam dan mutasyabih.” Tidak ada yang mengerti itu semua kecuali orang-orang yang memiliki akal sehat yang tidak mengikuti hawa nafsu.”

Mengenainya ada sembilan permasalahan:

Muslim mengelaurkan dari Aisyah r.a., ia mengatakan: “Rasulullah saw. membaca: 

 هو الذى أنزل عليك الكتاب منه ءايات محكمات هن أم الكتاب وأخر متشابهات فأما الذين فى قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه ابغاء الفتنة وابتغاء تأويله وما يعلم تأويله إلا الله والرسخون فى العلم يقولون ءامنا به كل من عند ربنا وما يذكر إلا أولوا الألباب [ٍآل عمران: 7]

ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda: “Jika kamu melihat mereka yang mengikuti yang samar, maka merekalah yang disebutkan allah, jauhilah mereka.”

Abu Galib mengatakan, “Aku pernah berjalan bersama Abu Umamah sedangkan dia diatas keledainya, sampai bila telah sampai pada tangga masjid Damaskus; tiba-tiba ada kepala-kepala yang dietagakan, lalu ia bertanya: “Apa kepala-kepala ini?” dijawab: “Ini kepala-kepala kaum Khawarij dibawa dari Irak,” Abu Umamah berkata: “Anjing neraka, anjing neraka, pembunuh terjelek di bawah langit, sungguh bahagia bagi yang membunuh mereka atau mereka bunuh – ia mengatakannya tiga kali – kemudian ia menangis.” Aku bertanya: “Apa yang membuatmu menangis hai Abu Umamah?” ia menjawab: “Karena kasih sayang kepada mereka, mereka adalah ahli islam, lalu mereka keluar darinya.” Kemudian ia membaca: “Dialah yang telah menurunkan Alquran kepadamu. Di antara hikmah-Nya, sebagian ayat Alquran muhkamat” sampai dengan akhir ayat. Kemudian ia membaca: “Dan jangan seperti mereka yang bercerai berai dan berselisih seteh datang berbagai penjelasan kepada mereka.” [Q.S Ali Imran: 105]. Lalu aku bertanya: “Hai Abu Umamah, apakah itu mereka?” ia menjawab: “Ya.” Saya bertanya, “Apakah itu sesuatu yang kamu katakan berdasarkan akalmu atau berdasarkan sesuatu yang kamu dengar dari Rasulullah saw.?” lau ia menjawab: “Jika demikan alangkah berani aku, jika demikian alangkah berani aku, (bukan) tap aku mendengarnya dari rasulullah saw. bukan satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali, lima kali, enam kali, dan tujuh kali,” ia meletakan dua jarinyapada dua telinganya, seraya berkata: “Dan jika tidak maka keduanya tuli – ia mengucapkannya tiga kali – kemudian ia berkata: “Aku mendengar rasulullah saw. bersabda: “Bani Israil bercerai berai menjadi 72 golongan, satu di surga, dan sesisanya di neraka, dan mereka pasti ditambah oleh umat ini satu, satu di surga dan sesisanya di neraka.

 Ulama berselisih mengenai muhkamat dan mutasyabihat berdasarkan beberapa pendapat, Jabir bin Abdulah bin Riab, dan itu tuntutan pendapat Sya’bi, Sufian Atstsauri dan yang lainnya: Muhkamat adalah ayat-ayat alquran yang takwilnya diketahui, makna dan tafsirnya difahami. Sedangkan mutasyabihat adalah yang tak ada cara bagi seorang pun untuk mengetahuinya, ia termasuh yang Allah khususkan mengetahuinya tanpa makhluknya. Sebagian mereka mengatakan: “Itu seperti waktu terjadi kiamat, keluar Yakjuj dan Makjuj, Dajal, Isa, dan seperti huruf satuan di awal surat.

Saya katakan: “Ini pendapat terbaik tentang mutasyabih. Dan kita telah mengemukakannya pada permulaan surat Albaqarah dari Rabi’ bin Khutsaim bahwa Allah swt. Menurunkan Alquran ini, lalu ia mengkhususkan darinya ilmu yang ia kehendaki.” Hadis.

Abu Usman mengatakan: “Muhkam adalah fatihatul kitab yang tidak sah salat kecuali dengannya.”

Muhamad bin Fadl mengatakan, “Surat Alikhlas; karena di dalamnya hanya ada tauhid saja. Dan dikatakan seluruh Alquran muhkam; berdasarkan firmanNya: “Kitab yang ayat-ayatnya Muhkam.” [Q.S Hud: 1], katanya: seluruhnya Mutasyabih; berdasarkan fimanNya: “Sebagai kitab yang mutasyabih.” [Q.S Azzumar: 23].

Saya katakan ini sedikitpun tidak termasuk makna ayat, karena firmanNya: “Kitab yang muhkam ayat-ayatnya,” yaitu dalam rangkaian dan susunan, dan bahwa ia benar dari allah. Sedangkan makna “Sebagai kitab yang mutasyabih” yaitu sebagiannya menyerupai sebagiannya lagi, dan sebagiannya membenarkan sebagiannya lagi. Yang dimaksud dengan “Ayat-ayat yang muhkamat” dan “Yang lain mutasyabihat” bukan makna ini, mutasyabih dalam ayat ini termasuk bab kemungkinan dan keseliruan, dari firmanNya: “Sesungguhnya sapi itu membingungkan bagi kami” [Albaqarah: 70], yaitu mebuat kami seliru, yaitu memuat banyak jenis sapi. Dan yang dimaksud dengan muhkam adalah yang mengimbangi ini, yaitu yant tiada keseliruan di dalamnya dan tiada kemungkinan kecuali satu bentuk.

Katanya: “Mutasyabih adlah yang memuat banyak bentuk, kemudian bila beberapa bentuk itu dikembalikan kepada satu bentuk dan membatalkan sesisanya maka yang mutasyabih itu menjadi muhkam. Sedangkan muhkam selamanya pokok yang kesanalah berbagai cabang dikembalikan, jadi mutasyabih adalah cabang.

Ibn Abas mengatakan: Almuhkamat adalah firmanNya dalam Surat Alan’am: “Katakanlah mari kubacakan tuhanmu haramkan kepadamu [151] hingga tiga ayat, dan firmanNya mengenai bani israil: “Tuhanmu telah menetapkan agar kamu jangan menyembah kecuali kepadanya dan harus berbuat baik kepada kedua orang tua. [Q.S Alisra: 23]. Ibn Athiah mengatakan: Ini menurutku contoh yang ia berikan mengenai almuhkamat.

Ibn abas juga mengatakan: Almuhkamat adalah: yang menghapusnya, halalnya, haramnya, aneka kefarduannya, yang diimani dan diamalkan. Sedangkan mutasyabih adalah: Yang dihapus, yang didahulukan, yang diakhirkan, berbagai amsal, berbagai sumpah, yang diimani tapi tidak diamalkan.

Ibn mas’ud dan yang lainnya mengatakan: “Muhkamat adalah yang menghapus, dan mutasyabihat adalah yang dihapus.” Itu dikatakan Qatadah, Arrabi’, dan addhahak.

Muhamad bin Ja’far bin Jubair mengatakan: “Almuhkamat adalah yang didalamnya ada argumen tuhan, pemeliharaan hamba, menolak pertentangan dan kebatilan, padanya tidak ada penyimpangan dan perubahan dari yang digunakan. Sedangkan almutasyabihat adalah: ia meliki perubahan, penyimpangan, dan takwil. Mengenainya Allah menguji hamba-hambaNya. Dikatakan Mujahid dan Ibn Ishak.

Ibn Athiah mengatakan: “Ini pendapat terbaik mengenai ayat ini.”

Annahas mengatakan: “Pendapat terbaik mengenai muhkamat dan mutasyabihat adalah: Bahwa muhkamat itu yang berdiri sendiri tidak butuh dikembalikan kepada yang lainnya, seumpama: “Baginya tidak bandingan satupun,” [Q.S Alikhlas: 4], “Dan sesungguhnya Dia maha pengampun bagi yang taubat,” [Q.S Thaha: 82]. Sedangkan mutasyabihat adalah semacam: “Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa.” {Q.S Azzumar: 53] dikembalikan kepada firmanNya: “Sesungguhnya aku maha pengampun bagi yang taubat.” [Thaha: 82], dan pada firmanNya: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik.” [Q.S Annisa: 48].

Saya katakan: “Yang dikatakan Annahas menjelaskan yang dipilih oleh Ibn Athiah, dan itu berlaku pada penggunaan bahasa, dan bahwa kata muhkam itu isim maf’ul dari kata ahkam, ihkam adalah itqan (kuat) dan tidak diragukan bahwa yang jelas maknanya tidak ada kesulitan dan kebimbangan mengenainya, ia seperti itu hanyalah karena kosa kata kata-katanya jelas dan susunannya disepakati, dan kapanpu salah satu dari dua hal tadi rusak munculah tasyabuh (keseliruan) dan kesulitan.” Allah lebih tahu.

Ibn Khuwaizmandad mengatakan: “Mutasyabih punya beberapa bentuk, yang berhubungan dengan hukum yang diperselisihkan ulam yakni salah satu ayat yang menghapus yang lainnya; seperti pendapat Ali, dan ibn Abas mengenai perempuan hamil yang ditinggal mati suaminya: “Ia beridah puncak dua ajal.” Sedangkan Umar, Zaid bin Tsabit, Ibn Mas’ud, dan yang lainnya mengatakan: “Melahirkan”. Mereka mengatakan surat annisa yang pendek (Aththalaq) menghapus “Empat bulan sepuluh hari” [Q.S Albaqarah: 234]. Sedangkan Ali dan Ibn Abas berpendapat tidak dihapus.

Dan seperti perselisihan wasiat bagi yang mewariskan apakah dihapus atau tidak.

Dan seperti dua ayat yang kontradiksi yang mana yang didahulukan jika tidak diketahui dihapus, dan tidak didapati syarat-syaratnya, seperti firmaNya: “Dan dihalalkan bagimu yang dibelakang (selain) itu.” [Q.S annisa: 24], ia menuntut pengumpulan antara kerabat-kerabat dari milkul yamin, sedangkan firmanNya: “Dan kamu mengumpulkan antara dua saudari kecuali yang telah lalu.” [Q.S annisa: 23] menolak itu darinya.

Begitu juga kontradiksinya berbagai khabar dari Nabi saw. dan kontradiksinya berbagai analogi, maka itu mutasyabih.

Ayat dibaca dengan dua qiraat, isim ada yang muhtamal (mungkin) atau mujmal yang perlu kepada penafsiran tidak termasuk mutasyabih; karena yang wajib darinya adalah memperkirakan yang dimuat oleh isim atau oleh seluruhnya. Dan dua qiraat seperti dua ayat wajib mengamalkan akibat keduanya secara serempak, seperti: وامسحوا برءوسكم وأرجلَكم [المائدة:6] dibaca dengan fathah dan kasrah, berdasarkan penjelasan yang akan datang dalam surat Almaidah. Insya Allah.

Bukhari meriwayatkan dari Said bin Jubair ia berkata: “Seseorang bertanya kepada Ibn Abas, “Aku mendapati beberapa hal yang bagiku kontradiksi,” Ia: “Apa itu?” ia: "فلا أنساب بينهم يومئذ ولا ينساءلون" [المومنون: 101] dan "وقال بعضهم على بعض يتساءلون" [الصافات: 27];